Jakarta, 14 April 2025 – Pasar emas Indonesia dihebohkan oleh lonjakan harga emas Antam yang dramatis akhir pekan lalu. Harga emas sempat menyentuh angka fantastis Rp 1,9 juta per gram, memicu perdebatan sengit di kalangan investor dan analis pasar: apakah ini peluang emas untuk meraih keuntungan besar, atau justru gelembung spekulatif yang siap meletus?
Lonjakan harga yang tajam ini tak lepas dari sentimen pasar yang diwarnai ketidakpastian ekonomi global. Ketegangan geopolitik, ancaman perang dagang, dan inflasi rendah yang memaksa penurunan suku bunga, menjadi faktor pendorong utama peningkatan permintaan emas. Emas, sebagai aset safe haven, menjadi pilihan utama bagi investor yang mencari perlindungan dari guncangan ekonomi.
"Kenaikan harga emas ini merupakan dampak dari memanasnya situasi geopolitik, perang dagang, dan penurunan suku bunga akibat inflasi yang rendah," ujar Ibrahim Assuaibi, Direktur PT Laba Forexindo Berjangka dan pengamat pasar modal, dalam wawancara dengan detikcom. "Peningkatan pembelian emas menunjukkan kekhawatiran masyarakat terhadap potensi dampak negatif dari perang dagang yang berkepanjangan dan eskalasi geopolitik," tambahnya.
Namun, Assuaibi memberikan pandangan yang cukup kontras terhadap situasi ini. Menurutnya, harga emas saat ini sudah berada di level yang terlalu tinggi dan berisiko bagi pembelian baru yang didorong spekulasi. "Menurut saya, harga emas sudah terlalu mahal untuk dibeli saat ini," tegasnya. Ia menekankan bahwa pembelian emas semata-mata untuk mengantisipasi kenaikan harga di masa depan merupakan strategi yang berisiko tinggi.
Meskipun demikian, Assuaibi mengakui bahwa banyak investor, didorong oleh terbatasnya pilihan aset aman di tengah ketidakpastian ekonomi global, tetap berbondong-bondong membeli emas. "Di tengah ancaman resesi global dan potensi penurunan nilai surat berharga, emas dan dolar AS menjadi dua pilihan utama untuk mengamankan aset," jelasnya.
Alih-alih membeli, Assuaibi justru menyarankan penjualan emas bagi mereka yang membutuhkan dana darurat. "Jika membutuhkan dana, saat harga emas tinggi seperti ini adalah waktu yang tepat untuk menjual," sarannya. Namun, bagi mereka yang memiliki dana longgar dan berani mengambil risiko, Assuaibi melihat potensi kenaikan harga emas hingga Rp 2,3-2,4 juta per gram. "Jika berani berspekulasi, tahan saja emasnya. Tapi jika tidak berani, lebih baik jual saja," imbuhnya.
Pandangan berbeda dikemukakan oleh Andy Nugroho, seorang perencana keuangan. Ia berpendapat bahwa pembelian emas untuk investasi jangka panjang, minimal tiga tahun, tetap merupakan langkah yang bijak, meskipun harga saat ini sedang tinggi. Emas, menurutnya, merupakan aset safe haven yang nilainya cenderung stabil dan cenderung menguat seiring waktu karena faktor inflasi dan faktor lainnya. "Lonjakan harga saat ini tidak mengurangi nilai emas sebagai investasi jangka panjang," tegasnya.
Namun, bagi mereka yang memiliki dana terbatas atau ragu dengan potensi penurunan harga setelah meredanya ketegangan geopolitik, Andy menyarankan strategi dollar cost averaging, yaitu membeli emas secara bertahap dalam jumlah kecil dan konsisten dalam jangka waktu tertentu. "Ini strategi yang aman untuk mengurangi risiko," jelasnya.
Data dari situs logam mulia Antam menunjukkan lonjakan harga yang signifikan dalam beberapa hari terakhir. Pada Kamis (10/4), harga emas naik Rp 34.000 per gram menjadi Rp 1.846.000 per gram. Kenaikan berlanjut pada Jumat (11/4) sebesar Rp 43.000 per gram menjadi Rp 1.889.000 per gram, dan kembali naik Rp 15.000 per gram pada Sabtu (12/4) menjadi Rp 1.904.000 per gram. Meskipun terjadi koreksi kecil pada Senin (14/4) sebesar Rp 8.000 per gram menjadi Rp 1.896.000 per gram, secara keseluruhan harga emas Antam telah meningkat Rp 157.000 per gram dalam sebulan terakhir.
Kesimpulannya, lonjakan harga emas saat ini merupakan fenomena kompleks yang dipengaruhi oleh berbagai faktor ekonomi dan geopolitik. Meskipun menawarkan potensi keuntungan besar bagi investor yang berani mengambil risiko, situasi ini juga menyimpan potensi kerugian bagi mereka yang terjebak dalam spekulasi semata. Keputusan untuk membeli atau menjual emas harus didasarkan pada analisis yang cermat, mempertimbangkan tujuan investasi, toleransi risiko, dan kondisi keuangan pribadi masing-masing individu. Konsultasi dengan ahli keuangan profesional sangat disarankan sebelum mengambil keputusan investasi yang signifikan. Pasar emas, seperti pasar investasi lainnya, tetap penuh dengan ketidakpastian dan memerlukan kehati-hatian dalam setiap langkah.