Jakarta, 13 April 2025 – Founder & Chairman CT Corp, Chairul Tanjung (CT), menyatakan optimismenya terhadap kemampuan Indonesia dalam menghadapi dampak negatif dari kebijakan tarif impor tinggi yang diterapkan Amerika Serikat (AS). Meskipun AS telah mengenakan tarif sebesar 34% pada sejumlah barang impor dari Indonesia, CT meyakini dampaknya tidak akan signifikan mengganggu perekonomian nasional. Pernyataan ini disampaikan CT dalam acara The Yudhoyono Institute bertajuk ‘Dinamika dan Perkembangan Dunia Terkini: Geopolitik, Keamanan dan Ekonomi Global’ di Ballroom Grand Sahid Jaya, Jakarta, Minggu (13/4/2025).
Analisis CT didasarkan pada proporsi relatif ekspor Indonesia ke AS dibandingkan dengan total ekspor nasional. "Ekspor kita ke Amerika kurang lebih hanya 10% dari ekspor kita ke seluruh dunia. Dan surplus kita hanya US$3 miliar saja," tegasnya. Angka-angka ini, menurut CT, menunjukkan ketergantungan ekonomi Indonesia terhadap AS relatif rendah, sehingga dampak negatif dari tarif impor tinggi tersebut dapat dikelola.
Meskipun demikian, CT mengakui bahwa surplus perdagangan Indonesia dengan AS berpotensi berkurang jika tidak dilakukan negosiasi lanjutan dengan pemerintah AS. Namun, ia tetap optimistis bahwa tanpa negosiasi pun, Indonesia tidak akan mengalami guncangan ekonomi yang berarti akibat kebijakan tarif tersebut. Keyakinan ini didasari oleh pemahaman CT terhadap latar belakang dan strategi bisnis Presiden AS Donald Trump.
"Tetapi saya yakin, karena Trump adalah seorang businessman, yang dia mau sebenarnya perdagangan Indonesia itu tidak menjadi defisit," jelas CT. Ia melihat kebijakan tarif tinggi yang diterapkan Trump bukan semata-mata sebagai tindakan proteksionis semata, melainkan sebagai strategi bisnis yang berorientasi pada keuntungan maksimal bagi AS.
CT lebih lanjut menjelaskan bahwa kebijakan tarif tersebut merupakan manifestasi dari filosofi bisnis yang dianut Trump. "Bahwa Presiden Trump ini adalah memiliki latar belakang pengusaha, dia adalah seorang businessman. Seorang businessman berpikir harus win, harus menguntungkan. Itu adalah filosofi bisnis, sehingga dia mengambil kebijakan yang merubah dari tadinya konsep Amerika sebagai The Fathers of the Old the Countries, untuk bilang Amerika harus dapat untung lebih dahulu," papar CT.
Dengan kata lain, menurut CT, Trump menerapkan kebijakan tarif sebagai alat untuk mengurangi defisit perdagangan AS dengan negara-negara mitra dagangnya, termasuk Indonesia. Strategi ini, menurutnya, didasarkan pada prinsip dasar bisnis untuk memaksimalkan keuntungan. Alih-alih bertujuan untuk menghancurkan perekonomian negara lain, kebijakan ini lebih berfokus pada upaya menyeimbangkan neraca perdagangan AS.
Pernyataan CT ini memberikan perspektif yang berbeda terhadap dampak potensial dari kebijakan tarif impor AS. Alih-alih menekankan potensi kerugian, CT justru menyoroti aspek-aspek yang dapat meminimalisir dampak negatif tersebut. Ketergantungan ekspor Indonesia yang relatif rendah terhadap AS, serta pemahaman terhadap pendekatan bisnis Trump, menjadi dasar argumen optimismenya.
Namun, pernyataan CT ini perlu dilihat secara kontekstual. Meskipun proporsi ekspor Indonesia ke AS relatif kecil, sektor-sektor tertentu di Indonesia mungkin tetap terdampak signifikan oleh kebijakan tarif tersebut. Studi lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi sektor-sektor tersebut dan dampaknya terhadap perekonomian nasional.
Lebih lanjut, analisis CT didasarkan pada pemahamannya terhadap karakteristik dan strategi bisnis Trump. Meskipun pemahaman ini mungkin akurat, tetap ada potensi ketidakpastian dalam prediksi dampak kebijakan tersebut. Perubahan kebijakan AS di masa mendatang juga dapat mempengaruhi validitas analisis CT.
Oleh karena itu, meskipun pernyataan CT memberikan optimisme, pemerintah Indonesia tetap perlu mengambil langkah-langkah proaktif untuk mengurangi dampak negatif potensial dari kebijakan tarif AS. Hal ini dapat mencakup diversifikasi pasar ekspor, peningkatan daya saing produk Indonesia, dan negosiasi yang lebih intensif dengan pemerintah AS.
Kesimpulannya, pernyataan Chairul Tanjung memberikan perspektif yang menarik dan bernuansa optimistis terhadap kemampuan Indonesia menghadapi dampak tarif impor AS yang tinggi. Analisisnya yang didasarkan pada proporsi ekspor ke AS dan pemahaman terhadap strategi bisnis Trump memberikan argumentasi yang cukup kuat. Namun, penting untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah antisipatif untuk memastikan ketahanan ekonomi Indonesia di tengah dinamika perdagangan global yang kompleks. Perlu juga diingat bahwa prediksi tersebut tetap memiliki keterbatasan dan pemerintah harus tetap proaktif dalam mengelola potensi risiko. Pemantauan dan evaluasi yang berkelanjutan terhadap dampak kebijakan tarif AS terhadap perekonomian Indonesia juga sangat penting untuk dilakukan.