Jakarta, 20 Maret 2025 – Di tengah hiruk-pikuk Ibu Kota, sebuah kisah inspiratif bersemi di RW 08 Lenteng Agung, Jakarta Selatan. Di sini, sekelompok ibu-ibu rumah tangga tak hanya mengelola rumah tangga, tetapi juga bertransformasi menjadi wirausahawan lingkungan yang sukses. Melalui program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) PKK RW 08, mereka menyulap sampah dapur menjadi rupiah, mengubah limbah menjadi ladang penghasilan sekaligus menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Inisiatif ini bermula pada tahun 2018, di mana Ketua RW 08, Taufik, melihat potensi besar dari semangat para ibu-ibu dalam kegiatan positif berorientasi lingkungan. "Awalnya, kita melihat ibu-ibu sudah melakukan kegiatan yang positif terhadap lingkungan. Potensi ini kemudian kita berdayakan untuk menciptakan sesuatu yang bernilai lebih tinggi," ungkap Taufik saat ditemui di Kantor RW 08.
Program ini tidak sekadar mengumpulkan sampah. UP2K PKK RW 08 menerapkan sistem pemilahan sampah yang terintegrasi, membagi sampah rumah tangga menjadi tiga kategori utama: organik, anorganik, dan limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Sampah organik, seperti sisa makanan, diolah menjadi eco enzyme. Sementara itu, sampah plastik dikumpulkan melalui bank sampah yang tersebar di setiap RT, kemudian dipilah berdasarkan warna sebelum diolah menjadi produk baru.
Para ibu-ibu, yang tergabung dalam kluster Erwela (singkatan dari Erwe Lapan, merujuk pada RW 08), menunjukkan kreativitas luar biasa dalam mendaur ulang sampah plastik. Tanpa pelatihan formal, mereka mengandalkan tutorial YouTube untuk belajar membuat berbagai produk, mulai dari tas, vas bunga, hingga hiasan bunga. Ketekunan dan kreativitas mereka menghasilkan produk-produk yang tak hanya ramah lingkungan, tetapi juga memiliki nilai estetika tinggi.
Tia, salah satu anggota Erwela, menceritakan proses kreatif dan kesuksesan mereka. "Dampaknya, kami jadi punya kegiatan, ada kesibukan, alhamdulillah bisa menampilkan karya-karya kami. Bahan-bahan yang kami gunakan berasal dari limbah plastik, kain perca, rajutan, dan minyak jelantah," tuturnya. Hasil karya mereka secara rutin dipamerkan dan dijual di berbagai bazar dan pameran.
Keberhasilan usaha ini terlihat dari omzet yang cukup signifikan. Dalam sebuah pameran bersama Bank BRI di BRI Unit Meruyung Cabang Lebak Bulus, kluster Erwela berhasil meraup omzet hingga Rp 1,8 juta. "Saat itu, produk lemon sereh kami habis terjual 100 botol, rajutan dan kerajinan kain perca juga laris manis. Pembayarannya pun sudah terintegrasi dengan QRIS," tambah Tia.
Keberhasilan ini tak lepas dari dukungan berbagai pihak. Selain dukungan dari pengurus RW, kluster Erwela juga mendapatkan bantuan berupa mesin jahit, mesin obras, dan mesin rajut dari program pemberdayaan. Bantuan ini meningkatkan efisiensi dan produktivitas mereka. Namun, mereka masih berharap mendapatkan pendampingan lebih lanjut di bidang pemasaran agar produk-produk mereka dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan meningkatkan omzet secara signifikan.
Lebih dari sekadar menghasilkan pendapatan, program ini juga memberikan dampak positif bagi lingkungan RW 08. Kawasan tersebut kini terlihat asri dan bersih, bebas dari sampah berserakan. Sampah plastik terkelola dengan baik di bank sampah, sementara limbah organik diolah menjadi eco enzyme. Bahkan, minyak jelantah pun dimanfaatkan untuk membuat sabun cuci baju dan pembersih lantai.
Daisy, anggota Erwela lainnya, mengungkapkan manfaat langsung dari penggunaan eco enzyme. "Bahan bakunya organik, dari sampah segar, kulit buah dan sayuran. Eco enzyme ini tidak akan kadaluarsa. Proses pembuatannya menggunakan rumus khusus, dan penyimpanannya harus di tempat yang bersih," jelasnya. Ia juga berbagi pengalaman pribadi, mengatakan bahwa eco enzyme telah membantu menyembuhkan luka bakar yang dialaminya saat bekerja dengan solder.
Penggunaan minyak jelantah untuk membuat sabun juga memberikan dampak ekonomi bagi rumah tangga Daisy. "Saya ngepel pakai ini, ramah lingkungan, dan mengurangi biaya rumah tangga. Saya sudah tiga tahun tidak pernah beli sabun pel," ujarnya.
Keberhasilan program ini tak luput dari perhatian pemerintah. Komitmen dan peran aktif warga RW 08, yang didukung penuh oleh Ketua RW, telah membuahkan berbagai penghargaan bergengsi. Deretan penghargaan tersebut terpampang di ruang kantor RW 08, menunjukkan konsistensi dan prestasi mereka dalam pengelolaan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat.
"Bank sampah kami mendapatkan reward dari Provinsi DKI Jakarta. Penghargaan Proklim (Program Kampung Iklim) tahun 2024 kami raih tingkat Jakarta Selatan dan Provinsi, bahkan tahun ini tingkat Nasional. Yang membanggakan lagi, RW 08 menjadi jawara umum setiap ada event lomba, termasuk PKK. RW ini juga menjadi RW terbaik tingkat Kecamatan selama dua tahun berturut-turut," pungkas Ketua RW Taufik, menunjukkan kebanggaan atas pencapaian luar biasa warganya.
Kisah sukses UP2K PKK RW 08 Lenteng Agung menjadi bukti nyata bahwa pengelolaan sampah yang terintegrasi dan pemberdayaan masyarakat dapat menciptakan dampak positif, baik secara ekonomi maupun lingkungan. Mereka telah mengubah sampah dari beban menjadi berkah, menginspirasi upaya serupa di berbagai wilayah untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan masyarakat yang lebih sejahtera.