Ankara, Turki – Presiden Prabowo Subianto, dalam kunjungan kenegaraan ke Turki, memberikan pernyataan resmi terkait memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Pernyataan tersebut disampaikan melalui siaran langsung YouTube Sekretariat Presiden pada Sabtu (12/4/2025), merespons kebijakan tarif impor saling balas yang semakin intensif antara kedua raksasa ekonomi dunia tersebut. AS telah memberlakukan tarif impor sebesar 145% untuk produk-produk asal RRT, sementara RRT membalas dengan tarif 125% untuk produk-produk dari AS. Situasi ini telah memicu ketidakpastian ekonomi global yang signifikan.
Prabowo, dengan tegas, menekankan komitmen Indonesia untuk tetap netral dan menjaga hubungan baik dengan kedua negara adidaya tersebut. Ia berharap agar AS dan RRT dapat segera mencapai kesepakatan yang mengakhiri pertikaian ekonomi yang merugikan ini. "Saya berharap akan ada semacam kesepakatan," ujarnya, menekankan pentingnya penyelesaian damai atas konflik tersebut.
Lebih lanjut, Presiden Prabowo secara eksplisit menolak untuk memihak salah satu pihak. "Tidak, tidak (memihak)," tegasnya, "kita menghormati semua negara. Kami menganggap China sebagai kawan baik, begitu juga kepada Amerika. Kami juga ingin menjadi jembatan (untuk kedua negara)." Pernyataan ini menunjukkan strategi diplomasi Indonesia yang berorientasi pada perdamaian dan kerja sama, menempatkan Indonesia sebagai mediator potensial di tengah ketegangan geopolitik yang semakin kompleks.
Sikap netralitas Indonesia ini juga tercermin dalam komitmen pemerintah untuk tidak memutuskan kerja sama ekonomi dengan AS maupun RRT. Hubungan ekonomi Indonesia dengan kedua negara tersebut memang terbilang erat dan saling menguntungkan. Pemutusan kerja sama akan berdampak negatif bagi perekonomian nasional, sehingga langkah kehati-hatian dan pendekatan diplomasi menjadi prioritas utama. "Indonesia tidak akan memutus kerja sama ekonomi, termasuk dengan AS atau China karena hubungan yang kini terjalin relatif dekat," jelas Presiden Prabowo.
Pernyataan Presiden Prabowo ini memiliki implikasi strategis yang luas bagi kebijakan luar negeri Indonesia. Di tengah persaingan hegemoni antara AS dan RRT, Indonesia berupaya untuk menjaga keseimbangan dan menghindari keterlibatan langsung dalam konflik. Strategi ini sejalan dengan prinsip politik luar negeri bebas aktif yang selama ini dianut Indonesia, yaitu menentukan kebijakan luar negeri secara mandiri tanpa terikat pada blok-blok kekuatan tertentu.
Selain membahas isu perang dagang AS-RRT, Presiden Prabowo juga menyampaikan rencana pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump. Ia mengungkapkan telah mengajukan permohonan untuk bertemu dengan Presiden Trump dan berharap pertemuan tersebut dapat segera terwujud. "Saya sudah minta waktu, mudah-mudahan," ujarnya singkat, tanpa merinci lebih lanjut mengenai agenda pertemuan tersebut. Pertemuan ini, jika terlaksana, diharapkan dapat memperkuat hubungan bilateral Indonesia-AS dan sekaligus memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk menyampaikan pandangannya secara langsung terkait berbagai isu global, termasuk perang dagang AS-RRT.
Pernyataan Presiden Prabowo ini mendapat apresiasi dari berbagai kalangan. Para analis politik menilai bahwa sikap netralitas dan penawaran peran sebagai jembatan yang disampaikan Presiden Prabowo merupakan langkah bijak dalam menghadapi situasi geopolitik yang penuh tantangan. Indonesia, dengan perekonomiannya yang terus berkembang dan posisinya yang strategis di kawasan Asia Tenggara, memiliki potensi besar untuk berperan sebagai mediator dalam menyelesaikan konflik internasional.
Namun, beberapa pihak juga mengingatkan akan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menjalankan peran sebagai jembatan di tengah persaingan AS-RRT. Mempertahankan netralitas dan menjaga hubungan baik dengan kedua negara sekaligus bukanlah hal yang mudah. Indonesia perlu memiliki strategi diplomasi yang cermat dan terukur untuk menghindari potensi konflik kepentingan dan menjaga stabilitas ekonomi nasional.
Ke depannya, peran Indonesia sebagai jembatan perdamaian antara AS dan RRT akan sangat bergantung pada kemampuan pemerintah untuk menjalankan diplomasi yang efektif dan konsisten. Komunikasi yang intensif dengan kedua negara, serta pemahaman yang mendalam terhadap kepentingan masing-masing pihak, merupakan kunci keberhasilan dalam upaya ini. Pernyataan Presiden Prabowo menjadi sinyal kuat tentang komitmen Indonesia untuk berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dan stabilitas dunia, sekaligus menjaga kepentingan nasional di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks. Keberhasilan Indonesia dalam menjalankan peran ini akan semakin memperkuat posisi Indonesia sebagai negara yang disegani dan diperhitungkan di kancah internasional. Pernyataan ini juga sekaligus menjadi penegasan kembali komitmen Indonesia untuk tetap menjaga kemandirian dan kedaulatannya dalam menentukan kebijakan luar negeri. Indonesia akan terus berupaya untuk menjalin hubungan yang baik dengan semua negara, tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar politik luar negeri yang telah lama dipegang teguh.