Perang Tarif Trump-China: Pedagang Online Tiongkok Terjepit, Antara Kabur dan Kenaikan Harga

Jakarta – Kenaikan tarif impor yang diberlakukan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menimbulkan guncangan signifikan bagi para pedagang online Tiongkok yang memasarkan produknya melalui platform e-commerce raksasa, Amazon. Kebijakan proteksionis ini, yang menaikkan tarif impor barang-barang asal Tiongkok menjadi 145% dari sebelumnya 125%, memaksa para pengusaha ini menghadapi dilema pelik: menaikkan harga jual secara drastis atau meninggalkan pasar AS sepenuhnya. Situasi ini mengancam stabilitas ekonomi kedua negara adidaya dunia tersebut.

Laporan Reuters mengungkap kepanikan yang melanda para pelaku usaha Tiongkok. Wang Xin, kepala Asosiasi E-Commerce Lintas Batas Shenzhen, menggambarkan situasi ini bukan sekadar masalah pajak tambahan semata. Kenaikan tarif telah memicu lonjakan biaya operasional secara menyeluruh, menciptakan beban yang hampir tak tertahankan bagi para pedagang.

“Ini bukan hanya masalah pajak,” tegas Wang Xin dalam wawancara dengan Reuters pada Sabtu, 12 April 2025. “Seluruh struktur biaya bisa naik. Kondisi ini sangat sulit dihadapi oleh siapa pun yang berbisnis di pasar AS.”

Wang Xin lebih lanjut menyatakan bahwa kebijakan tarif tinggi AS terhadap Tiongkok merupakan pukulan telak bagi para pengusaha e-commerce lintas batas. “Bagi kami yang berkecimpung dalam bisnis ini, ini benar-benar pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” tambahnya.

Di tengah ketidakpastian ini, para pedagang Tiongkok di Amazon terpecah dalam mengambil langkah strategis. Sebagian memilih untuk menaikkan harga jual di pasar AS, sementara yang lain berupaya mencari pasar alternatif di luar negeri. Data yang dihimpun menunjukkan betapa besarnya dampak kebijakan ini. Tiongkok menjadi rumah bagi sekitar setengah dari penjual di Amazon, dengan lebih dari 100.000 bisnis Amazon terdaftar di Shenzhen saja, menghasilkan pendapatan tahunan sebesar US$ 35,3 miliar, berdasarkan data SmartScout. Dominasi Tiongkok juga terlihat di platform e-commerce besar lainnya seperti Shein dan Temu. Total impor dan ekspor e-commerce Tiongkok mencapai angka fantastis, yaitu 2,63 triliun yuan atau sekitar US$ 358 miliar pada tahun lalu.

Perang Tarif Trump-China: Pedagang Online Tiongkok Terjepit, Antara Kabur dan Kenaikan Harga

Survei informal yang dilakukan Reuters menunjukkan perpecahan yang cukup signifikan di antara para pedagang. Dua dari lima pengusaha menyatakan niat untuk meninggalkan pasar Amazon, sementara tiga lainnya berencana menaikkan harga ekspor mereka ke AS.

Dave Fong, seorang pengusaha asal Tiongkok yang menjual berbagai produk, mulai dari tas sekolah hingga speaker aktif, menggambarkan dampak langsung dari kebijakan ini. Ia telah menaikkan harga ekspornya ke AS hingga 30%. Lebih jauh, Fong juga mengurangi tingkat persediaan dan memangkas pengeluaran untuk iklan di Amazon, yang sebelumnya menyedot hingga 40% dari pendapatannya di AS.

“Bagi kami dan siapa pun, sudah jelas bahwa kita tidak bisa lagi bergantung sepenuhnya pada pasar AS,” ungkap Fong. “Kami harus mengurangi investasi di AS dan mengalokasikan lebih banyak sumber daya ke wilayah lain seperti Eropa, Kanada, Meksiko, dan negara-negara lainnya di seluruh dunia.”

Sentimen serupa diungkapkan oleh Brian Miller, seorang pengusaha yang telah berjualan di Amazon selama tujuh tahun. Miller menyatakan bahwa kondisi saat ini membuatnya enggan untuk mengembangkan produk baru. Untuk mengatasi kenaikan tarif, ia terpaksa menaikkan harga secara signifikan begitu persediaan barangnya habis dalam satu atau dua bulan mendatang.

Miller memberikan contoh konkrit. Mainan balok bangunan anak-anak yang dijualnya di Amazon seharga US$20, yang sebelumnya memiliki biaya produksi US$3, kini akan menelan biaya US$7 setelah dibebani tarif impor. Untuk mempertahankan margin keuntungan, ia harus menaikkan harga setidaknya 20%, bahkan mainan yang lebih mahal mungkin akan mengalami kenaikan harga hingga 50%.

“Jika keadaan tidak berubah, saya tidak melihat skenario di mana melayani pasar AS dari Tiongkok masih layak secara ekonomis,” pungkas Miller. “Manufaktur yang melayani AS harus dipindahkan ke negara lain seperti Vietnam atau Meksiko.”

Kesimpulannya, kebijakan tarif impor Donald Trump telah menciptakan krisis nyata bagi para pedagang online Tiongkok di Amazon. Dilema antara menaikkan harga dan meninggalkan pasar AS mencerminkan dampak luas kebijakan proteksionis ini, yang tidak hanya berdampak pada para pengusaha kecil dan menengah, tetapi juga berpotensi mengganggu rantai pasokan global dan menimbulkan ketidakstabilan ekonomi internasional. Perang tarif ini, yang tampaknya tidak akan segera berakhir, akan terus membentuk lanskap perdagangan global dan memaksa para pelaku usaha untuk beradaptasi dengan cepat dan mencari strategi baru untuk bertahan hidup.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *