Jakarta, 8 April 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digulirkan pemerintah tak hanya berhasil meningkatkan asupan gizi masyarakat, namun juga memberikan dampak signifikan bagi perekonomian, khususnya bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di sektor kuliner yang sebelumnya terdampak krisis. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, dalam acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia yang disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Dadan menegaskan bahwa MBG telah menjadi angin segar bagi restoran dan usaha kuliner lainnya yang nyaris gulung tikar. Program kemitraan yang dijalin antara BGN dan para pelaku usaha ini telah berhasil mentransformasi sejumlah restoran yang sebelumnya sepi pengunjung menjadi penyedia paket makanan bergizi bagi penerima manfaat MBG. "Ini merupakan peluang besar bagi sektor makanan dan minuman," ujar Dadan. "Restoran-restoran di Jakarta, bahkan di daerah-daerah yang sebelumnya kurang laku, kini bangkit kembali berkat MBG. Mereka bertransformasi menjadi mitra Badan Gizi Nasional, menyediakan makanan bergizi bagi masyarakat."
Lebih lanjut, Dadan memaparkan dampak ekonomi yang luar biasa dari program ini. MBG, yang menjangkau jutaan penerima manfaat, membutuhkan pasokan bahan baku pangan dalam jumlah besar. Sebagai ilustrasi, untuk memenuhi kebutuhan gizi 3.000 penerima manfaat setiap harinya, program ini membutuhkan 200 kilogram beras dan 6.000 butir telur ayam. Jika diproyeksikan ke angka nasional, dengan total penerima manfaat mencapai 82,9 juta pada November 2024, kebutuhan telur ayam mencapai angka yang fantastis: 5.000 ton per hari, atau 10.000 ton jika program MBG dilaksanakan dua kali dalam seminggu. Setahun, kebutuhan telur ayam untuk MBG diperkirakan mencapai 400.000 ton.
Angka-angka tersebut menunjukkan betapa besarnya dampak MBG terhadap sektor peternakan unggas. Namun, dampaknya tidak hanya terbatas pada telur ayam. Program ini juga menyerap produk-produk lokal lainnya dalam jumlah signifikan. Setiap hari, MBG membutuhkan 350 kilogram daging ayam, 300 kilogram sayur-mayur, dan 350 kilogram buah-buahan. Dadan menuturkan sebuah kisah inspiratif dari seorang penjual pisang di Bogor yang merasakan dampak positif dari MBG. Hasil panennya yang sebelumnya sulit terjual kini terserap sepenuhnya oleh program ini. "Jadi, ini membuktikan bahwa produk-produk lokal akhirnya bangkit berkat adanya Program Makan Bergizi Gratis," tegas Dadan.
Tidak hanya itu, MBG juga memberikan kontribusi besar terhadap sektor peternakan sapi perah. Program ini membutuhkan hingga 50 liter susu per hari di setiap Satuan Pelaksana Program Gizi (SPPG). Secara nasional, kebutuhan susu segar untuk MBG mencapai angka yang sangat signifikan, diperkirakan membutuhkan pasokan susu dari 1,5 juta ekor sapi. "Untuk tahap awal, kami mewajibkan susu diberikan kepada anak sekolah dan ibu hamil di daerah-daerah yang memiliki peternakan sapi perah. Ini adalah potensi pertumbuhan ekonomi yang sangat besar," pungkas Dadan.
Program MBG, dengan demikian, tidak hanya sekadar program bantuan sosial semata, melainkan juga sebuah strategi pembangunan ekonomi yang terintegrasi. Program ini berhasil menciptakan efek berganda, mulai dari pemberdayaan UMKM kuliner, peningkatan pendapatan petani dan peternak lokal, hingga penciptaan lapangan kerja baru. Dengan menyerap produk-produk lokal dalam jumlah besar, MBG telah memberikan suntikan vital bagi perekonomian lokal dan menjadi katalis pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Keberhasilan MBG dalam memberdayakan UMKM kuliner dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal ini patut diapresiasi dan menjadi contoh bagi program-program pembangunan lainnya. Program ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dapat dicapai dengan memperhatikan aspek kesejahteraan masyarakat dan pemberdayaan ekonomi lokal secara simultan. Keberhasilan MBG juga menjadi bukti bahwa program pemerintah yang terencana dan terintegrasi dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi seluruh lapisan masyarakat, baik dari segi kesehatan maupun ekonomi. Ke depan, perlu adanya evaluasi dan pengembangan berkelanjutan untuk memastikan keberlanjutan dan peningkatan efektivitas program MBG agar dampak positifnya dapat dirasakan lebih luas lagi oleh masyarakat. Hal ini termasuk perluasan akses dan jangkauan program, peningkatan kualitas gizi makanan yang disediakan, serta peningkatan kapasitas UMKM lokal yang terlibat dalam program ini.