Jakarta, 1 April 2025 – Perayaan Idul Fitri masih terasa dampaknya di pasaran. Harga daging sapi di sejumlah pasar tradisional Jakarta, khususnya di Pasar Rumput, Jakarta Selatan, mengalami lonjakan signifikan di hari kedua Lebaran, Selasa, 1 April 2025. Pantauan langsung tim Detikcom menemukan harga daging sapi mencapai Rp150.000 per kilogram, meskipun terdapat variasi harga tergantung pada jenis dan potongan daging.
Seorang pedagang daging di Pasar Rumput yang enggan disebutkan namanya menjelaskan fluktuasi harga tersebut. "Harganya memang berbeda-beda," ujarnya. "Daging paha depan dihargai Rp145.000 per kilogram, sementara paha belakang lebih mahal, Rp150.000 per kilogram. Ini harga normal daging sapi untuk Lebaran," tambahnya. Perbedaan harga tersebut, menurut pedagang, dipengaruhi oleh kualitas dan potongan daging yang ditawarkan. Paha belakang, yang umumnya lebih empuk dan diminati konsumen, memiliki harga jual yang lebih tinggi.
Selain daging sapi, pedagang tersebut juga menyediakan daging kerbau beku dalam kemasan vakum dengan harga Rp100.000 per kilogram. Ia menuturkan puncak penjualan terjadi tiga hari sebelum Idul Fitri, sementara omzet penjualan Lebaran tahun ini relatif stabil dibandingkan tahun lalu. "Tiga hari sebelum Lebaran itu puncaknya. Omzetnya jauh lebih tinggi dibanding hari biasa, tapi saya tidak ingat angka pastinya. Dibanding tahun lalu, omzetnya hampir sama," jelasnya.
Terkait ketersediaan stok, pedagang memastikan pasokan daging sapi masih aman. "Stok masih ada, nanti malam saya akan mengambil lagi dari rumah potong hewan di daerah Cakung dan Darmajaya," katanya. Selain daging, kios tersebut juga menjual berbagai jeroan dan lemak sapi dengan harga bervariasi, tergantung kualitasnya. "Tetelan sapi misalnya, harganya bisa Rp80.000, Rp75.000, atau Rp50.000 per kilogram, tergantung kualitasnya," ungkap pedagang tersebut.
Lonjakan harga tidak hanya terjadi pada daging sapi. Harga ayam ras juga mengalami kenaikan di pasaran. Di kios milik Syifa, pedagang ayam di Pasar Rumput, harga ayam ras dijual dengan kisaran Rp35.000 hingga Rp50.000 per ekor. Perbedaan harga ini ditentukan oleh ukuran ayam; ayam yang lebih besar dibanderol dengan harga yang lebih tinggi.
"Saya jual per ekor. Harganya tergantung ukuran, ada yang Rp35.000, ada yang Rp50.000," kata Syifa. Ia mengakui bahwa harga ayam memang mengalami kenaikan menjelang dan selama Lebaran. "Harganya pasti naik menjelang Lebaran. Kenaikannya sekitar Rp5.000 per kilogram," jelasnya.
Meskipun mengalami kenaikan harga, Syifa mencatat peningkatan penjualan yang signifikan selama periode Lebaran. "Penjualan dibandingkan hari biasa bisa naik sampai 100%," ujarnya. Namun, ia juga mengamati penurunan omzet jika dibandingkan dengan Lebaran tahun lalu. "Penjualan tahun ini kelihatannya berkurang dibandingkan tahun lalu, meskipun tidak terlalu signifikan. Tapi peningkatan omzet selama Lebaran tetap cukup besar," tutupnya.
Analisis Situasi Pasar:
Kenaikan harga daging sapi dan ayam menjelang dan selama Lebaran merupakan fenomena tahunan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Permintaan yang meningkat tajam selama periode liburan Idul Fitri menjadi faktor utama pendorong kenaikan harga. Konsumsi daging dan ayam meningkat drastis karena banyaknya masyarakat yang mengadakan acara makan besar bersama keluarga dan kerabat.
Selain itu, ketersediaan pasokan juga berperan penting. Meskipun pedagang memastikan stok masih aman, proses distribusi dan pemotongan hewan terkadang mengalami kendala, yang dapat berdampak pada ketersediaan dan harga di pasaran. Faktor logistik, seperti biaya transportasi dan operasional, juga dapat berkontribusi pada kenaikan harga jual.
Perbedaan harga daging sapi berdasarkan potongan menunjukkan adanya preferensi konsumen terhadap potongan tertentu, seperti paha belakang yang lebih empuk. Hal ini menciptakan disparitas harga di pasaran, di mana potongan yang lebih diminati dihargai lebih tinggi.
Kenaikan harga ayam yang relatif lebih rendah dibandingkan daging sapi dapat dikaitkan dengan perbedaan dalam rantai pasokan dan proses produksi. Produksi ayam ras umumnya lebih terintegrasi dan memiliki skala ekonomi yang lebih besar dibandingkan dengan pemotongan sapi, sehingga fluktuasi harganya cenderung lebih terkendali.
Meskipun omzet pedagang mengalami peningkatan selama Lebaran, penurunan omzet dibandingkan tahun lalu menunjukkan adanya faktor lain yang perlu dipertimbangkan. Kemungkinan faktor tersebut meliputi daya beli masyarakat yang menurun, perubahan tren konsumsi, atau persaingan yang semakin ketat di pasar.
Secara keseluruhan, situasi pasar daging dan ayam selama Lebaran tahun ini menunjukkan kompleksitas interaksi antara permintaan, penawaran, dan faktor ekonomi lainnya. Pemerintah perlu terus memantau perkembangan harga dan ketersediaan pasokan untuk memastikan stabilitas harga dan keterjangkauan bagi masyarakat, khususnya selama periode-periode puncak permintaan seperti Lebaran. Peningkatan efisiensi dalam rantai pasokan dan pengawasan terhadap praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat juga perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya manipulasi harga yang merugikan konsumen.