Bangkok, Thailand – Gempa bumi dahsyat berkekuatan 7,7 skala magnitudo yang berpusat di Myanmar pada Jumat, 28 Maret 2025, telah memicu tragedi runtuhnya sebuah gedung pencakar langit yang sedang dalam tahap konstruksi di Bangkok. Kejadian yang terjadi sekitar pukul 13.20 siang waktu setempat ini menewaskan sedikitnya lima orang, dan diperkirakan masih banyak pekerja konstruksi yang terjebak di bawah tumpukan puing-puing bangunan yang ambruk dalam sekejap. Angka korban jiwa dikhawatirkan akan terus bertambah seiring berjalannya proses evakuasi dan pencarian korban.
Khin Aung, seorang pekerja konstruksi yang berhasil selamat dari tragedi ini, menceritakan detik-detik mengerikan saat gedung tempatnya bekerja runtuh. Kepada kantor berita AFP, seperti dikutip CNA pada Sabtu (29/3/2025), Khin Aung mengungkapkan bahwa ia sedang keluar untuk mengambil air ketika gempa terjadi. "Saat giliran kerja saya berakhir sekitar pukul 1 siang, saya keluar untuk mengambil air dan saya melihat adik laki-laki saya sebelum saya keluar," ujarnya. Getaran gempa yang kuat langsung terasa, membuat seluruh gedung berguncang hebat.
Khin Aung mencoba menghubungi adik dan teman-temannya melalui panggilan video. "Saya melakukan panggilan video dengan saudara laki-laki dan teman-teman saya, tetapi hanya satu yang mengangkat telepon. Tetapi saya tidak dapat melihat wajahnya dan saya mendengar dia berlari," kenangnya. Namun, panggilan tersebut terputus saat gedung mulai runtuh. "Saat itu seluruh gedung berguncang, tetapi saat saya meneleponnya, saya kehilangan panggilan dan gedung itu runtuh," tambahnya dengan suara bergetar.
Kesaksian Khin Aung menggambarkan kepanikan dan kecepatan runtuhnya gedung tersebut. Dalam hitungan detik, bangunan pencakar langit yang sedang dibangun itu berubah menjadi tumpukan puing-puing beton dan besi yang bengkok. Ratusan pekerja konstruksi, sebagian besar berasal dari Myanmar, terperangkap di bawah reruntuhan. Pihak berwenang memperkirakan hingga 100 pekerja mungkin masih tertimbun di bawah puing-puing.
"Saya tidak dapat menggambarkan perasaan saya. Kejadiannya terjadi dalam sekejap mata," kata Khin Aung, menggambarkan betapa cepatnya tragedi itu terjadi. "Semua teman dan saudara saya berada di dalam gedung ketika runtuh. Saya tidak dapat berkata apa-apa," tambahnya dengan nada suara yang penuh kesedihan dan keputusasaan.
Tragedi ini semakin menyayat hati karena mayoritas pekerja konstruksi di gedung tersebut berasal dari Myanmar, negara yang saat ini sedang dilanda konflik politik dan pemerintahan junta militer. Mereka mencari nafkah di Thailand karena prospek kerja yang lebih baik dan upah yang lebih tinggi dibandingkan di negara asal mereka. Banyak keluarga pekerja Myanmar berkumpul di lokasi kejadian pada hari Sabtu, dengan harapan dan doa agar kerabat mereka selamat.
Khin Aung sendiri mengungkapkan kekhawatirannya terhadap nasib adik dan teman-temannya. "Saya mendengar mereka mengirim 20 pekerja ke rumah sakit, tetapi saya tidak tahu siapa mereka dan teman-teman serta saudara laki-laki saya termasuk di antara mereka," katanya. "Saya berharap saudara laki-laki dan teman-teman saya ada di rumah sakit. Jika mereka ada di rumah sakit, saya punya harapan. Jika mereka ada di bawah gedung ini, tidak ada harapan bagi mereka untuk selamat," lanjutnya dengan nada putus asa.
Bukan hanya Khin Aung yang merasakan kepedihan yang mendalam. Chanpen Kaewnoi, seorang wanita Thailand berusia 39 tahun, juga tengah menunggu kabar dari ibunya dan saudara perempuannya yang berada di dalam gedung saat kejadian. "Rekan kerja saya menelepon dan mengatakan dia tidak dapat menemukan ibu atau saudara perempuan saya. Saya pikir ibu mungkin terpeleset dan mungkin saudara perempuan saya tetap tinggal untuk menolongnya," ujarnya kepada AFP. "Saya ingin melihat mereka, saya harap saya dapat menemukan mereka. Saya harap mereka tidak hilang. Saya masih memiliki harapan, 50 persen," tambahnya dengan nada suara yang masih menyimpan secercah harapan.
Di tengah keputusasaan keluarga korban yang menunggu kabar, petugas penyelamat terus bekerja keras melakukan pencarian dan penyelamatan di lokasi kejadian. Tugas ini sangat rumit dan penuh tantangan, karena mereka harus berhati-hati agar tidak memicu keruntuhan lebih lanjut dari bangunan yang sudah hancur tersebut. Proses evakuasi dan pencarian korban diperkirakan akan memakan waktu cukup lama, mengingat besarnya volume puing-puing dan kompleksitas struktur bangunan yang runtuh.
Tragedi runtuhnya gedung pencakar langit di Bangkok ini menyoroti kerentanan pekerja konstruksi, khususnya pekerja migran, terhadap risiko kecelakaan kerja. Peristiwa ini juga menjadi pengingat akan pentingnya standar keselamatan konstruksi yang ketat dan pengawasan yang efektif untuk mencegah kejadian serupa di masa mendatang. Selain itu, tragedi ini juga menggarisbawahi dampak dahsyat gempa bumi terhadap kehidupan manusia dan infrastruktur, bahkan di daerah yang relatif jauh dari pusat gempa. Proses pencarian dan penyelamatan terus berlangsung, dan dunia internasional turut memantau perkembangan situasi di Bangkok dengan penuh keprihatinan. Semoga upaya penyelamatan dapat berjalan lancar dan jumlah korban jiwa dapat diminimalisir.