Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Maret 2025: Ekspansi Tertahan, Pasar Domestik Jadi Kunci

Jakarta, 27 Maret 2025 – Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan Maret 2025 mencatatkan angka 52,98, berada di zona ekspansi. Namun, capaian ini menunjukkan perlambatan dibandingkan bulan sebelumnya (Februari 2025) sebesar 0,17 poin dan dibandingkan Maret 2024 sebesar 0,07 poin. Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menjelaskan bahwa perlambatan ini terutama disebabkan oleh momen libur Lebaran yang jatuh pada bulan Maret, yang berdampak signifikan pada penurunan produksi di berbagai sektor industri.

Juru Bicara Kemenperin, Febri Hendri Antoni Arief, dalam keterangan tertulisnya memaparkan bahwa perlambatan produksi terjadi karena perusahaan-perusahaan cenderung meningkatkan produksi dua hingga tiga bulan sebelum Ramadan dan Lebaran untuk mengantisipasi lonjakan permintaan selama periode tersebut. "Kami mencatat penurunan penjualan produk makanan dan minuman, serta tekstil dan produk tekstil (TPT) beberapa hari menjelang dan selama libur Lebaran," jelas Febri.

Meskipun demikian, ekspansi IKI Maret 2025 tetap ditopang oleh 21 subsektor industri pengolahan non-migas yang berkontribusi sebesar 96,5 persen terhadap PDB pada triwulan IV tahun 2024. Hanya dua dari 23 subsektor yang dianalisis menunjukkan kontraksi. Febri merinci, dua subsektor dengan nilai IKI tertinggi (ekspansi) adalah industri pencetakan dan reproduksi media rekaman (KBLI 18) serta industri farmasi, produk obat kimia dan obat tradisional (KBLI 21). Sebaliknya, industri furnitur (KBLI 31) dan industri karet, barang dari karet dan plastik (KBLI 22) mengalami kontraksi.

Analisis lebih lanjut terhadap variabel pembentuk IKI menunjukkan bahwa seluruh variabel, yaitu pesanan baru, produksi, dan persediaan, berada di zona ekspansi. Meskipun variabel pesanan baru mengalami perlambatan sebesar 0,88 poin dibandingkan bulan sebelumnya, menjadi 53,69, variabel produksi justru meningkat ekspansi sebesar 0,66 poin menjadi 51,21. Persediaan juga menunjukkan peningkatan ekspansi sebesar 0,34 poin, mencapai 53,86.

Febri mengakui bahwa penurunan permintaan luar negeri akibat ketidakpastian ekonomi global turut berkontribusi pada perlambatan IKI, khususnya pada variabel pesanan baru dari luar negeri. Namun, peningkatan ekspansi produksi dan persediaan mengindikasikan tingginya penyerapan produk manufaktur di pasar domestik pada bulan Maret 2025.

Indeks Kepercayaan Industri (IKI) Maret 2025: Ekspansi Tertahan, Pasar Domestik Jadi Kunci

"Momentum Ramadan dan persiapan Hari Raya memang meningkatkan permintaan domestik produk manufaktur. Namun, daya angkatnya belum maksimal dan cenderung berkurang karena tekanan dari produk impor murah," tegas Febri.

Kemenperin menekankan pentingnya pasar domestik bagi kinerja industri manufaktur Indonesia, yang didasarkan pada empat alasan utama:

Pertama, pasar domestik menyerap sekitar 80 persen produk manufaktur Indonesia, sementara sisanya diekspor. Permintaan domestik, yang berasal dari pemerintah, sektor swasta, dan rumah tangga, menjadi penentu utama kinerja industri manufaktur. Kenaikan permintaan domestik akan berdampak positif pada kinerja industri, sebaliknya penurunan permintaan akan menekan kinerja sektor ini.

Kedua, permintaan domestik menjadi jaminan dan daya tarik bagi investasi asing di Indonesia. Pasar domestik yang besar menjadi magnet bagi investor global untuk membangun fasilitas produksi baru dan berinvestasi di Indonesia.

Ketiga, sektor manufaktur merupakan penyumbang lapangan kerja terbesar di Indonesia, menyerap sekitar 19 juta tenaga kerja pada tahun 2024. Kinerja baik sektor manufaktur akan berdampak positif pada pendapatan dan kesejahteraan 19 juta pekerja dan keluarga mereka. Sebaliknya, banjir produk impor yang menekan permintaan domestik akan mengancam perekonomian mereka.

Keempat, permintaan domestik memberikan ruang bagi industri dalam negeri untuk meningkatkan daya saing produknya. Peningkatan permintaan domestik dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan nilai tambah, produktivitas tenaga kerja, inovasi, dan daya saing, sehingga industri dalam negeri dapat lebih berperan dalam rantai nilai global (Global Value Chain).

Terkait prospek enam bulan ke depan, IKI Maret mencatat tingkat optimisme pelaku usaha sebesar 69,2 persen, turun 3 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, persentase responden yang menyatakan ‘tetap’ meningkat menjadi 24,5 persen, sementara yang pesimis menurun menjadi 6,3 persen (turun 0,3 persen).

Tantangan ke depan yang dihadapi industri manufaktur Indonesia adalah potensi perang dagang antar produsen global, yang dapat mengakibatkan masuknya produk manufaktur asing ke pasar domestik akibat pengalihan ekspor dari negara-negara yang terkena dampak perang tarif.

Sebagai respon, Kemenperin akan terus berupaya melindungi industri dalam negeri melalui penerapan Standar Nasional Indonesia (SNI), Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN), relaksasi peraturan impor, dan penyusunan non-tariff measure. "Semua kebijakan ini bertujuan melindungi industri dalam negeri dan 19 juta rakyat Indonesia yang bekerja di dalamnya," pungkas Febri.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *