Jakarta, 18 Februari 2025 – Wakil Menteri Perindustrian (Wamenperin), Faisol Riza, menyatakan optimisme Indonesia dalam menarik investasi relokasi pabrik dari China di tengah eskalasi perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China. Meskipun Vietnam menjadi alternatif tujuan relokasi, Wamenperin meyakini Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi utama bagi para investor yang ingin keluar dari Negeri Tirai Bambu. Keyakinan ini didasarkan pada potensi kebijakan balasan (reciprocal) yang mungkin diterapkan Presiden AS Donald Trump terhadap Vietnam, negara yang memiliki surplus perdagangan yang signifikan dengan AS.
"Peluangnya masih sangat besar," tegas Faisol dalam pernyataan pers di Jakarta, Selasa (18/2/2025). "Perang tarif antara Amerika dan China, dan kebijakan resiprokal yang mungkin diterapkan pemerintahan Trump, akan sangat berpengaruh terhadap kawasan industri, termasuk Vietnam."
Faisol menekankan bahwa keseimbangan perdagangan (trade balance) Vietnam yang besar dengan AS menjadi faktor krusial. Penerapan kebijakan resiprokal oleh AS terhadap Vietnam akan meniadakan keuntungan relokasi bagi investor China. Dengan kata lain, jika Trump menerapkan tarif serupa terhadap Vietnam seperti yang diterapkan terhadap China, maka relokasi ke Vietnam akan menjadi langkah yang tidak efektif.
"Karena Vietnam memiliki trade balance yang besar dengan Amerika, maka kebijakan resiprokal ini akan berpengaruh banyak," lanjut Faisol. "Ini akan menjadi pertimbangan penting bagi para pengusaha yang ingin merelokasi pabriknya. Jika mereka memindahkan pabrik ke Vietnam, itu kurang lebih sama saja dengan tidak melakukan relokasi. Jika kebijakan resiprokal benar-benar diterapkan oleh pemerintahan Trump, maka hal ini akan menjadi kenyataan," ujarnya.
Pernyataan optimisme Wamenperin ini sejalan dengan pandangan Dewan Ekonomi Nasional (DEN). Sebelumnya, Anggota DEN Chatib Basri telah mengemukakan potensi Indonesia untuk menarik investasi relokasi pabrik dari China sebagai dampak dari perang dagang AS-China. Penerapan tarif impor 10% oleh Trump terhadap produk China telah menciptakan ketidakpastian bagi perusahaan-perusahaan China, mendorong mereka untuk mencari alternatif lokasi produksi.
"Dengan penerapan tarif 10% terhadap China dan perang dagang antara Amerika dan China, bukan tidak mungkin basis produksi akan berpindah dari China ke negara-negara yang tidak dikenakan tarif impor," jelas Chatib Basri dalam keterangan pers di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (6/2/2025). "Indonesia bisa menjadi salah satu tujuan relokasi pabrik tersebut."
Pernyataan Chatib Basri ini menggarisbawahi potensi Indonesia sebagai alternatif yang menarik bagi investor China. Namun, pernyataan Wamenperin Faisol Riza menambahkan lapisan analisis yang lebih mendalam, dengan mempertimbangkan potensi dampak kebijakan resiprokal AS terhadap negara-negara lain, khususnya Vietnam. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia tidak hanya melihat peluang secara umum, tetapi juga melakukan analisis yang lebih strategis dan memperhitungkan berbagai skenario yang mungkin terjadi dalam dinamika geopolitik global.
Analisis yang lebih rinci diperlukan untuk memahami sepenuhnya potensi dan tantangan yang dihadapi Indonesia dalam menarik investasi relokasi. Faktor-faktor seperti infrastruktur, regulasi investasi, iklim investasi, dan ketersediaan tenaga kerja terampil akan menjadi penentu keberhasilan upaya ini. Pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan diri dengan baik untuk memastikan daya saing Indonesia dalam menarik investasi asing, termasuk dengan melakukan reformasi birokrasi, penyederhanaan regulasi, dan peningkatan infrastruktur.
Meskipun optimisme pemerintah Indonesia patut diapresiasi, perlu diingat bahwa persaingan untuk menarik investasi relokasi dari China akan sangat ketat. Negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Vietnam, Thailand, dan Malaysia, juga berupaya menarik investasi tersebut. Oleh karena itu, Indonesia perlu memiliki strategi yang komprehensif dan terukur untuk memenangkan persaingan ini.
Perlu juga diperhatikan bahwa pernyataan optimisme ini disampaikan di tengah ketidakpastian global yang tinggi. Perang dagang AS-China masih berlangsung, dan dampaknya terhadap perekonomian global masih belum sepenuhnya terlihat. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah Indonesia untuk terus memantau perkembangan situasi dan menyesuaikan strategi investasinya sesuai dengan kebutuhan.
Kesimpulannya, optimisme pemerintah Indonesia dalam menarik investasi relokasi pabrik dari China merupakan langkah yang positif. Namun, kesuksesan upaya ini bergantung pada berbagai faktor, termasuk kesiapan Indonesia dalam menyediakan lingkungan investasi yang kondusif dan daya saing yang tinggi di tengah persaingan global yang ketat. Analisis yang mendalam dan strategi yang komprehensif menjadi kunci keberhasilan dalam menarik investasi dan memanfaatkan peluang yang muncul dari perang dagang AS-China. Pemerintah perlu terus melakukan upaya proaktif untuk meningkatkan daya tarik Indonesia sebagai tujuan investasi, termasuk melalui reformasi regulasi, peningkatan infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia. Hanya dengan demikian, Indonesia dapat benar-benar merealisasikan potensi untuk menjadi destinasi utama bagi investor yang ingin merelokasi pabrik mereka dari China.