Jakarta, 17 Maret 2025 – Raksasa manufaktur pesawat terbang Amerika Serikat, Boeing, tengah berjuang keras untuk memulihkan kepercayaan publik yang telah runtuh menyusul serangkaian insiden dan kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat andalannya, Boeing 737 MAX. Sejak dua kecelakaan mematikan pada tahun 2018 dan 2019, serta insiden darurat yang terjadi pada Januari 2024, Boeing menghadapi sorotan tajam dari pemerintah AS dan publik yang semakin meragukan komitmen perusahaan terhadap keselamatan penerbangan.
Menteri Perhubungan AS, Sean Duffy, secara tegas menyatakan bahwa Boeing telah kehilangan kepercayaan publik. Pernyataan tersebut disampaikan menyusul pertemuannya dengan CEO Boeing, Kelly Ortberg, dan Administrator FAA, Chris Rocheleau, untuk membahas insiden lepasnya panel di pesawat Boeing 737 MAX 9 milik Alaska Airlines tahun lalu akibat lepasnya empat baut kunci. Insiden tersebut menjadi pemicu utama krisis kepercayaan yang tengah dialami Boeing.
"Jika Anda merusak kepercayaan rakyat Amerika dengan mengabaikan keselamatan dan kualitas produksi, kami akan menekan Anda untuk mengubah cara kerja dan mulai memprioritaskan keselamatan," tegas Duffy dalam kutipan pernyataan Reuters, Minggu (16/3/2025). "Mereka telah kehilangan kepercayaan," tambahnya dengan nada lugas. Pernyataan Duffy ini mencerminkan sentimen publik yang meluas dan tekanan politik yang semakin besar terhadap Boeing.
Sebagai konsekuensi dari insiden tersebut, Ortberg dijadwalkan untuk memberikan kesaksian di hadapan Kongres pada bulan April mendatang. Kesaksian ini diharapkan dapat menjelaskan secara rinci penyebab insiden, langkah-langkah perbaikan yang telah dan akan dilakukan Boeing, serta komitmen perusahaan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa.
Dalam konferensi pers pada Jumat (14/3/2025), Duffy mengakui bahwa pimpinan baru Boeing tengah berupaya melakukan perbaikan. Namun, ia menekankan perlunya tindakan yang lebih tegas dan komprehensif. "Saya pikir mereka membuat kemajuan, tetapi mereka masih membutuhkan sikap tegas," ujarnya.
Kunjungan Duffy ke pabrik Boeing juga bertepatan dengan peringatan enam tahun jatuhnya pesawat Ethiopian Airlines penerbangan 302. Tragedi yang menewaskan seluruh 157 penumpang dan awak tersebut menjadi titik balik dalam sejarah Boeing, memaksa perusahaan untuk melakukan redesain 737 MAX dan merevisi program pelatihan pilot. Duffy mengakui kemarahan publik terhadap Boeing, namun ia juga melihat adanya dukungan dari masyarakat Amerika agar perusahaan tersebut dapat bangkit kembali. "Semua orang memukul Boeing, mereka marah dan itu wajar. Saya rasa saat ini kita berada di tempat di mana Amerika mendukung mereka," ungkap Duffy.
Situasi semakin diperparah dengan pembatasan produksi Boeing 737 MAX yang diberlakukan oleh Administrator FAA, Mike Whitaker (mantan Presiden Joe Biden) pada Januari 2024. Pembatasan produksi sebanyak 38 pesawat per bulan ini menjadi pukulan telak bagi Boeing, yang menurut Duffy, saat ini bahkan belum mampu mencapai angka produksi tersebut.
Dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya, Duffy menjelaskan perbedaan pendekatan Presiden Donald Trump dalam menangani permasalahan ini. Meskipun Trump juga memprioritaskan keselamatan, ia cenderung lebih fleksibel dalam penerapan pembatasan produksi. "Dia ingin kita bersikap cerdas dan melonggarkan pembatasan produksi dengan Boeing jika diperlukan," jelas Duffy.
Lebih lanjut, skandal hukum yang membelit Boeing juga semakin memperburuk citra perusahaan. Pada Juli 2024, Boeing mengaku bersalah atas tuduhan konspirasi penipuan kriminal dan membayar denda sebesar US$ 243,6 juta sebagai bagian dari perjanjian penuntutan yang ditangguhkan pada tahun 2021. Departemen Kehakiman AS menyatakan bahwa Boeing telah mengabaikan prosedur keselamatan dan manipulasi data dalam proses produksi pesawatnya.
Krisis kepercayaan yang dialami Boeing bukan hanya masalah reputasi semata, tetapi juga berdampak signifikan terhadap keuangan dan masa depan perusahaan. Kehilangan kepercayaan publik berpotensi mengurangi permintaan pesawat Boeing, mengakibatkan kerugian finansial yang besar dan mengancam keberlangsungan bisnis perusahaan. Langkah-langkah perbaikan yang dilakukan Boeing haruslah komprehensif dan transparan untuk meyakinkan publik dan regulator bahwa perusahaan telah benar-benar berkomitmen terhadap keselamatan dan kualitas produknya. Jalan menuju pemulihan kepercayaan publik akan panjang dan penuh tantangan bagi Boeing, dan keberhasilannya akan bergantung pada tindakan nyata dan konsisten dalam memprioritaskan keselamatan penerbangan di atas segalanya. Masa depan Boeing kini berada di ujung tanduk, bergantung pada kemampuannya untuk memulihkan kepercayaan yang telah hilang.