Jakarta, [Tanggal Publikasi] – Tahun 2024 mencatatkan kinerja positif bagi sektor ekspor-impor Indonesia, sebuah indikator penting bagi kesehatan perekonomian nasional. Meskipun diiringi kekhawatiran akan dampaknya terhadap lapangan kerja, data yang dirilis menunjukkan peningkatan signifikan baik dalam nilai maupun volume perdagangan luar negeri. Total nilai ekspor mencapai USD 264,70 miliar, meningkat 2,29% year on year (yoy) dibandingkan tahun 2023, sementara volume ekspor naik 5,37% yoy. Di sisi impor, nilai perdagangan mencapai USD 233,66 miliar, mengalami peningkatan 11,07% dan volume 3,37% yoy. Namun, di balik angka-angka positif tersebut, tantangan berupa persaingan global dan potensi ancaman terhadap lapangan kerja domestik tetap menjadi sorotan.
Ekspor: Dominasi Sektor Non-Migas dan Pasar Asia
Sektor non-migas menjadi penggerak utama kinerja ekspor Indonesia pada tahun 2024, berkontribusi sebesar 74,25% atau USD 248,83 miliar terhadap total nilai ekspor. Peningkatan sebesar 2,46% yoy ini menunjukkan kekuatan sektor manufaktur dalam negeri. Industri pengolahan, yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi, menjadi tulang punggung kinerja ekspor ini.
Beberapa komoditas ekspor mengalami peningkatan signifikan sepanjang tahun 2024. Meskipun rincian komoditas spesifik dengan kenaikan terbesar tidak dijelaskan secara detail dalam rilis berita asal, laporan tersebut menunjukkan tren positif di berbagai sektor. Hal ini menandakan diversifikasi produk ekspor Indonesia yang semakin membaik dan mengurangi ketergantungan pada satu atau dua komoditas utama.
Dari sisi pasar tujuan, Tiongkok tetap menjadi mitra dagang utama Indonesia, menguasai pangsa pasar ekspor sebesar 26,40%. Amerika Serikat (AS) berada di posisi kedua dengan 11,22%, diikuti Jepang dengan 6,59%. Tiga negara ini, bersama India, menjadi pasar utama ekspor non-migas, berkontribusi sebesar USD 106,86 miliar atau 42,94% dari total ekspor non-migas nasional. Dominasi pasar Asia, khususnya Tiongkok, menunjukkan pentingnya strategi perdagangan yang berfokus pada hubungan ekonomi bilateral yang kuat.
Impor: Mesin dan Peralatan Listrik sebagai Komoditas Utama
Di sisi impor, mesin dan perlengkapan elektrik menjadi komoditas yang paling banyak masuk ke Indonesia sepanjang tahun 2024. Sektor bahan baku/penolong dan barang modal mendominasi impor Indonesia, dengan kontribusi gabungan mencapai 90,28% dari total impor. Bahan baku/penolong, yang mencakup beragam barang seperti bahan makanan, minuman, bahan baku industri, bahan bakar, suku cadang, dan perlengkapan alat angkutan, merupakan unsur penting dalam proses produksi domestik. Sementara itu, barang modal, seperti mobil penumpang dan alat angkutan industri, mendukung kelangsungan kegiatan produksi jangka panjang.
Peningkatan impor pada tahun 2024 didorong oleh sektor non-migas (6,09%) dan migas (1,24%). Meskipun rincian komoditas impor dengan kenaikan terbesar tidak dijelaskan secara detail, peningkatan ini menunjukkan peningkatan permintaan domestik terhadap berbagai barang, baik untuk konsumsi maupun produksi. Kenaikan impor barang konsumsi, yang mencakup berbagai barang rumah tangga seperti makanan, minuman, dan alat angkutan, menunjukkan peningkatan daya beli masyarakat.
Tiongkok, Jepang, dan Australia menjadi tiga negara asal impor utama, dengan pangsa pasar gabungan mencapai 48,69% dari total impor non-migas. Hal ini menunjukkan ketergantungan Indonesia pada beberapa negara pemasok utama, yang perlu dipertimbangkan dalam strategi diversifikasi sumber impor untuk mengurangi risiko ketergantungan yang berlebihan.
Kekhawatiran terhadap Lapangan Kerja
Peningkatan impor yang signifikan memicu kekhawatiran di kalangan pengusaha Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia sebelumnya, Arsjad Rasjid, peningkatan impor dikhawatirkan mengancam ketersediaan lapangan kerja di dalam negeri. Hal ini menjadi tantangan serius yang perlu diatasi melalui kebijakan yang tepat, misalnya dengan mendorong peningkatan daya saing produk dalam negeri dan pengembangan industri hilir untuk mengurangi ketergantungan pada impor barang jadi.
Kesimpulannya, kinerja ekspor-impor Indonesia pada tahun 2024 menunjukkan tren positif secara keseluruhan. Peningkatan nilai dan volume perdagangan luar negeri menandakan pertumbuhan ekonomi yang relatif stabil. Namun, peningkatan impor yang signifikan menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap lapangan kerja domestik. Pemerintah dan pelaku usaha perlu bekerja sama untuk mengembangkan strategi yang tepat guna memanfaatkan peluang ekspor, meningkatkan daya saing produk dalam negeri, dan mengurangi ketergantungan pada impor, sehingga pertumbuhan ekonomi dapat dinikmati secara merata dan berkelanjutan oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Penelitian lebih lanjut mengenai rincian komoditas ekspor-impor yang mengalami peningkatan dan penurunan, serta analisis yang lebih mendalam tentang dampaknya terhadap perekonomian nasional, sangat diperlukan untuk merumuskan kebijakan yang lebih efektif dan terarah.