Lonjakan Permintaan Apem Khas Pandeglang Sambut Ramadan

Pandeglang, Banten – Bulan Ramadan tahun ini membawa berkah tersendiri bagi para perajin apem khas Pandeglang. Permintaan kue tradisional yang berbahan dasar tepung beras dan santan ini mengalami lonjakan signifikan, menandai peningkatan permintaan musiman yang cukup drastis. Dari rata-rata penjualan 20 kilogram per hari di luar bulan Ramadan, kini para pelaku usaha mampu menjual hingga 2 kuintal (200 kilogram) apem setiap harinya. Fenomena ini menunjukkan daya tarik apem Pandeglang sebagai hidangan takjil favorit masyarakat, khususnya di wilayah Banten dan sekitarnya.

Salah satu sentra produksi apem, Sentra Produksi Apem Barokah 1970 di Desa Kadubungbang, Pandeglang, menjadi saksi bisu peningkatan permintaan tersebut. Aktivitas produksi di sentra ini terlihat jauh lebih ramai dari biasanya. Para pekerja tampak sibuk mengolah adonan, memanggang, hingga mengemas apem yang siap dipasarkan. Suasana kerja yang padat dan terorganisir menunjukkan upaya maksimal para perajin untuk memenuhi permintaan pasar yang membengkak. Aroma khas apem yang harum dan menggoda selera memenuhi udara sekitar sentra produksi, menjadi indikator nyata tingginya aktivitas produksi yang tengah berlangsung.

Lonjakan permintaan ini, menurut beberapa pelaku usaha di sentra tersebut, didorong oleh tradisi masyarakat yang menjadikan apem sebagai menu berbuka puasa. Tekstur apem yang lembut, rasa manisnya yang pas, serta aroma khasnya yang menggoda, menjadikan kue ini sebagai pilihan favorit untuk melepas dahaga dan lapar setelah seharian berpuasa. Apem dianggap sebagai hidangan yang sederhana namun sarat makna, mampu menghadirkan nuansa hangat dan keakraban dalam momen berbuka puasa bersama keluarga dan kerabat.

"Biasanya kami hanya memproduksi sekitar 20 kilogram apem per hari," ujar salah satu pemilik usaha apem di Sentra Produksi Apem Barokah 1970 yang enggan disebutkan namanya. "Namun, memasuki bulan Ramadan, permintaan meningkat drastis hingga mencapai 200 kilogram per hari. Kami harus bekerja ekstra keras untuk memenuhi semua pesanan yang masuk."

Peningkatan produksi yang signifikan ini tentunya berdampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar. Para perajin apem dan tenaga kerjanya mendapatkan penghasilan tambahan yang cukup signifikan selama bulan Ramadan. Hal ini menunjukkan peran penting industri kecil dan menengah (IKM) dalam menopang perekonomian lokal, khususnya di daerah pedesaan. Lonjakan permintaan apem juga berdampak positif pada sektor pertanian, karena peningkatan produksi apem membutuhkan pasokan bahan baku seperti tepung beras dan santan dalam jumlah yang lebih besar.

Lonjakan Permintaan Apem Khas Pandeglang Sambut Ramadan

Harga apem khas Pandeglang tergolong terjangkau, yakni Rp10.000 per bungkus. Harga yang relatif murah ini menjadi salah satu faktor yang mendorong tingginya permintaan. Keterjangkauan harga tersebut membuat apem dapat dinikmati oleh berbagai kalangan masyarakat, tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar. Hal ini juga menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen yang mencari alternatif takjil yang ekonomis namun tetap berkualitas.

Fenomena lonjakan permintaan apem khas Pandeglang ini juga menjadi cerminan pentingnya pelestarian kuliner tradisional. Di tengah gempuran kuliner modern, apem tetap mampu mempertahankan eksistensinya dan bahkan semakin diminati oleh masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa kuliner tradisional memiliki daya tarik dan nilai jual yang tinggi, asalkan dikelola dengan baik dan dipromosikan secara efektif. Pemerintah daerah pun perlu memberikan dukungan dan perhatian lebih terhadap para perajin apem, agar mereka dapat terus meningkatkan kualitas produk dan mengembangkan usahanya. Bantuan berupa pelatihan, akses permodalan, dan pemasaran yang lebih luas dapat membantu para perajin apem untuk meningkatkan daya saing dan pendapatan mereka.

Keberhasilan apem khas Pandeglang dalam memenuhi permintaan pasar selama Ramadan juga menjadi contoh sukses bagi IKM lainnya. Dengan pengelolaan yang baik, inovasi produk, dan strategi pemasaran yang tepat, IKM lokal mampu bersaing dan bahkan menjadi tulang punggung perekonomian daerah. Khususnya di bulan Ramadan, potensi pasar untuk produk-produk lokal sangat besar, dan hal ini perlu dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha.

Lonjakan permintaan apem khas Pandeglang tidak hanya menunjukkan tren konsumsi masyarakat selama Ramadan, tetapi juga mencerminkan potensi ekonomi yang terpendam di sektor IKM. Dengan dukungan dan perhatian yang tepat, sektor ini mampu memberikan kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Apem Pandeglang, lebih dari sekadar kue tradisional, telah menjadi bagian integral dari budaya dan perekonomian masyarakat setempat, dan keberlanjutannya perlu terus dijaga dan dikembangkan. Ke depan, perlu adanya upaya untuk mengangkat dan mempromosikan apem Pandeglang ke tingkat nasional, sehingga kue tradisional ini dapat dinikmati oleh masyarakat lebih luas dan memberikan dampak ekonomi yang lebih besar lagi. Ini adalah momentum yang tepat untuk mengangkat potensi kuliner lokal dan memberikan nilai tambah bagi perekonomian daerah.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *