Jakarta, 4 Maret 2025 – Pemerintah Indonesia tengah merancang pembangunan kilang minyak raksasa dengan kapasitas produksi mencapai 500 ribu barel per hari. Proyek ambisius ini, sebagaimana diungkapkan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, akan menjadi salah satu kilang minyak terbesar di Indonesia dan menjadi pilar kunci dalam upaya pemerintah memperkuat ketahanan energi nasional. Langkah ini sejalan dengan kebijakan hilirisasi yang diprioritaskan Presiden Prabowo Subianto sebagai strategi utama dalam membangun kemandirian ekonomi dan energi.
"Kita akan membangun kilang minyak dengan kapasitas sekitar 500 ribu barel per hari," tegas Menteri Bahlil dalam keterangan tertulisnya. "Ini merupakan salah satu kilang terbesar yang akan kita miliki, dan dibangun untuk meningkatkan ketahanan energi nasional secara signifikan."
Kilang minyak berkapasitas jumbo ini dirancang untuk memproses baik minyak mentah domestik maupun impor. Proyeksi produksi kilang ini mencapai 531.500 barel produk minyak bumi per hari, termasuk bahan bakar minyak (BBM). Investasi yang dibutuhkan untuk merealisasikan proyek raksasa ini diperkirakan mencapai US$ 12,5 miliar. Namun, pemerintah optimistis proyek ini akan memberikan dampak ekonomi yang signifikan, di antaranya mengurangi ketergantungan pada impor minyak hingga 182,5 juta barel per tahun, setara dengan penghematan devisa mencapai US$ 16,7 miliar.
Selain dampak ekonomi makro, pembangunan kilang ini juga diproyeksikan menciptakan lapangan kerja yang luas. Pemerintah memperkirakan proyek ini akan menyerap sekitar 63.000 tenaga kerja langsung dan 315.000 tenaga kerja tidak langsung, memberikan kontribusi positif terhadap penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di daerah sekitar lokasi pembangunan kilang.
DME: Substitusi LPG dan Kemandirian Energi
Tidak hanya fokus pada pembangunan kilang minyak, Menteri Bahlil juga menekankan percepatan pembangunan industri Dimethyl Ether (DME). DME, yang merupakan gas hasil olahan batubara rendah kalori, akan difungsikan sebagai substitusi Liquefied Petroleum Gas (LPG) atau elpiji. Proyek DME ini direncanakan dibangun secara paralel di beberapa lokasi strategis, yaitu Kabupaten Muara Enim dan Ogan Komering Ilir (OKI) di Sumatera Selatan, Kabupaten Tanah Bumbu di Kalimantan Selatan, dan Kabupaten Kutai Timur di Kalimantan Timur.
"Kita akan membangun industri DME dari batubara rendah kalori sebagai pengganti LPG," jelas Bahlil. "Tujuannya adalah untuk menyediakan produk dalam negeri sebagai substitusi impor LPG, mengurangi ketergantungan kita pada pasokan dari luar negeri."
Pembangunan industri DME ini, menurut Menteri Bahlil, merupakan langkah strategis untuk mengurangi ketergantungan Indonesia pada investor asing. Pemerintah akan mengalokasikan sumber daya dan modal dalam negeri untuk proyek ini, sementara fokus kerja sama dengan pihak luar akan diarahkan pada transfer teknologi.
"Sekarang kita tidak lagi bergantung pada investor asing," tegas Bahlil. "Pemerintah akan membiayai proyek ini, baik dari APBN maupun swasta nasional, sementara bahan baku dan pasarnya berasal dari dalam negeri. Yang kita butuhkan hanyalah teknologi, bukan lagi modal asing."
Hilirisasi Sektor Pertambangan: Menuju Nilai Tambah yang Lebih Tinggi
Selain kilang minyak dan DME, pemerintah juga berkomitmen untuk meningkatkan nilai tambah di sektor pertambangan, khususnya pada komoditas seperti tembaga, nikel, dan bauksit. Proses hilirisasi ini akan menghasilkan produk bernilai tambah lebih tinggi, seperti alumina dari bauksit. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mengurangi ekspor bahan mentah dan meningkatkan pendapatan negara melalui pengolahan di dalam negeri.
Dengan strategi hilirisasi yang komprehensif ini, pemerintah berupaya untuk menciptakan ekosistem ekonomi yang lebih berkelanjutan dan mandiri. Pembangunan kilang minyak jumbo, industri DME, dan peningkatan nilai tambah sektor pertambangan merupakan langkah nyata menuju kemandirian energi dan ekonomi Indonesia, mengurangi ketergantungan pada impor, dan menciptakan lapangan kerja yang luas bagi masyarakat. Proyek-proyek strategis ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan di masa mendatang. Keberhasilan implementasi proyek-proyek ini akan menjadi penentu penting dalam upaya Indonesia untuk mencapai ketahanan energi dan ekonomi yang lebih kuat dan berdaulat.