Jakarta, 2 Maret 2025 – Bank Indonesia (BI) melaporkan kondisi relatif stabil pada suku bunga kredit dan simpanan sepanjang Januari 2025, di tengah tren pertumbuhan positif Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit. Laporan Uang Beredar BI periode Januari 2025 yang dirilis pekan ini menunjukkan angka-angka yang mencerminkan dinamika sektor keuangan domestik yang cenderung terkendali.
Data yang dihimpun BI menunjukkan suku bunga kredit berada di angka 9,2% pada Januari 2025. Angka ini menunjukkan konsistensi relatif dibandingkan periode sebelumnya, mengindikasikan stabilitas dalam biaya pembiayaan bagi pelaku usaha dan masyarakat. Ketahanan suku bunga kredit di tengah dinamika ekonomi global yang masih bergejolak menjadi sinyal positif bagi iklim investasi dan pertumbuhan ekonomi domestik.
Sementara itu, suku bunga simpanan menunjukkan pergerakan yang beragam, tergantung tenornya. Pada simpanan berjangka, terlihat peningkatan tipis namun signifikan. Suku bunga simpanan berjangka tiga bulan mencapai 5,57%, naik sedikit dari 5,55% di Desember 2024. Demikian pula dengan tenor enam bulan, yang meningkat menjadi 6,01% dari 5,97% pada bulan sebelumnya. Peningkatan ini dapat diinterpretasikan sebagai respon terhadap kondisi likuiditas dan daya tarik instrumen investasi di pasar uang.
Sebaliknya, suku bunga simpanan pada tenor tertentu justru mengalami penurunan. Suku bunga simpanan satu bulan tercatat 4,82%, dan suku bunga simpanan 12 bulan tercatat 4,16%, keduanya lebih rendah dibandingkan bulan Desember 2024. Penurunan ini patut dicermati lebih lanjut untuk memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, termasuk strategi manajemen likuiditas perbankan dan dinamika penawaran dan permintaan di pasar uang. Suku bunga simpanan berjangka 24 bulan relatif stabil di angka 4,32%, menunjukkan konsistensi dalam daya tarik instrumen investasi jangka panjang.
Perbedaan tren suku bunga simpanan berdasarkan tenor ini mencerminkan kompleksitas dinamika pasar keuangan. Faktor-faktor seperti ekspektasi inflasi, kebijakan moneter BI, dan kondisi likuiditas perbankan secara keseluruhan turut mempengaruhi fluktuasi suku bunga ini. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami implikasi dari perbedaan tren ini terhadap perilaku nasabah dan alokasi investasi.
Lebih lanjut, laporan BI juga menyoroti pertumbuhan DPK yang signifikan. Total DPK pada Januari 2025 mencapai Rp 8.599,4 triliun, menunjukkan pertumbuhan year on year (yoy) sebesar 5,3%. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya, mengindikasikan kepercayaan masyarakat dan korporasi terhadap sistem perbankan nasional.
Pertumbuhan DPK ini didorong oleh peningkatan yang signifikan pada DPK korporasi, yang tumbuh sebesar 14,2% (yoy). Angka ini jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada Desember 2024 yang hanya mencapai 10,7%. Pertumbuhan DPK korporasi ini menunjukkan optimisme pelaku usaha terhadap prospek ekonomi ke depan dan kebutuhan pembiayaan yang meningkat.
Sebaliknya, DPK perorangan mengalami kontraksi sebesar 2,6% (yoy), meskipun masih lebih baik dibandingkan kontraksi 2,1% pada bulan sebelumnya. Kontraksi ini perlu dikaji lebih lanjut untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mendasarinya, termasuk pola konsumsi masyarakat dan pilihan instrumen investasi alternatif.
Secara rinci, pertumbuhan DPK juga terlihat pada komponen giro, tabungan, dan simpanan berjangka. Giro tumbuh sebesar 6,2% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan 2,2% (yoy) pada bulan sebelumnya. Tabungan tumbuh sebesar 6,6% (yoy), sementara simpanan berjangka tumbuh 3,3% (yoy). Pertumbuhan yang beragam ini menunjukkan diversifikasi portofolio DPK dan preferensi nasabah dalam memilih jenis rekening.
Di sisi penyaluran kredit, Januari 2025 mencatat angka Rp 7.684,3 triliun, dengan pertumbuhan yoy sebesar 9,6%. Angka ini relatif stabil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,7%, menunjukkan konsistensi dalam pertumbuhan kredit. Pertumbuhan kredit ini didorong oleh penyaluran kredit kepada debitur korporasi yang tumbuh sebesar 15,3% (yoy) dan kredit kepada debitur perorangan yang tumbuh sebesar 3,3% (yoy). Pertumbuhan kredit yang positif ini menunjukkan optimisme sektor riil dan kebutuhan pembiayaan yang masih tinggi.
Secara keseluruhan, data yang dirilis BI menunjukkan gambaran sektor keuangan yang relatif stabil dan positif. Pertumbuhan DPK yang signifikan dan penyaluran kredit yang konsisten menunjukkan kepercayaan terhadap perekonomian Indonesia. Meskipun terdapat beberapa fluktuasi pada suku bunga simpanan, secara umum kondisi pasar keuangan domestik terpantau terkendali. Namun, pemantauan dan analisis yang berkelanjutan tetap diperlukan untuk mengantisipasi potensi risiko dan menjaga stabilitas sistem keuangan nasional. BI diharapkan dapat terus memantau perkembangan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan Indonesia.