Jakarta, 22 Februari 2025 – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia resmi menjalin kerja sama strategis dengan Northern Territory (NT), Australia, dalam upaya mengamankan rantai pasok mineral kritis dan strategis. Kemitraan ini bukan sekadar langkah bilateral, melainkan strategi kunci bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya di panggung global dan bagi NT Australia untuk diversifikasi sumber pasokan mineral. Kerja sama ini ditandai dengan penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) pada 12 November 2024 dan dipublikasikan secara resmi hari ini.
Wakil Menteri Luar Negeri RI, Arie Havas Oegroseno, dalam keterangan resminya menekankan pentingnya diversifikasi kemitraan, tidak hanya pada level negara, tetapi juga dengan negara bagian seperti NT yang memiliki kapasitas signifikan dalam industri mineral kritis. "MoU ESDM dengan NT Australia ini dapat menjadi model bagi Pemerintah Indonesia untuk menjalin kerja sama serupa dengan negara bagian strategis lainnya di Australia," tegasnya. Pernyataan ini menyiratkan potensi perluasan kerja sama serupa dengan wilayah-wilayah lain di Australia yang kaya akan sumber daya mineral.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa kerja sama ini selaras dengan Undang-Undang Mineral dan Batubara (UU Minerba) yang baru disahkan. Ia menekankan bahwa kebijakan pengembangan mineral dan batubara Indonesia berpedoman pada prinsip keseimbangan antara prioritas ekonomi, lingkungan, dan sosial. "Fokusnya adalah mendukung pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja, dengan prioritas pada penelitian, inovasi, dan eksplorasi untuk memperkuat keamanan cadangan mineral," ujar Dadan.
Lebih lanjut, Dadan Kusdiana memaparkan komitmen Indonesia terhadap dekarbonisasi industri pertambangan. Hal ini mencakup adopsi energi terbarukan, elektrifikasi operasi pertambangan, dan penerapan teknologi canggih untuk meminimalkan dampak lingkungan. "Indonesia juga menerapkan praktik untuk mencegah hilangnya keanekaragaman hayati dan melindungi ekosistem alam, memastikan upaya pembangunan yang berkelanjutan dan bertanggung jawab," tambahnya. Pernyataan ini menunjukkan komitmen Indonesia terhadap praktik pertambangan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan, sebuah aspek yang semakin penting dalam konteks global saat ini.
Menteri Perdagangan, Bisnis dan Hubungan Asia Northern Territory Australia, Hon Robyn Cahill, menyambut baik kemitraan ini dan berharap agar kerja sama tersebut dapat segera diimplementasikan melalui aksi nyata di tingkat industri dan pemerintah. "Sumber daya kami terus bertambah setiap hari, kami menemukan cadangan dan peluang baru, terutama di sektor mineral kritis. Banyak organisasi dan bisnis telah menyatakan minat mereka untuk berinvestasi di wilayah kami karena peluang yang signifikan," ujarnya. Pernyataan ini menunjukkan potensi investasi yang besar dari kerjasama ini, baik bagi Indonesia maupun Australia.
Sebagai implementasi MoU, rencananya akan diselenggarakan serangkaian kegiatan konkret. Pada bulan April 2025, akan diadakan Roadshow Mineral Indonesia-NT Australia, berupa kunjungan perusahaan pertambangan Indonesia ke NT, Australia. Kegiatan ini diharapkan dapat memperluas jaringan bisnis dan membuka peluang investasi baru. Sebagai tindak lanjut, pada bulan Mei 2025, akan dilakukan kunjungan balasan ke beberapa lokasi pertambangan di Indonesia, seperti Sorowako dan Morowali di Sulawesi, atau Teluk Weda di Maluku. Hal ini menunjukkan komitmen kedua belah pihak untuk membangun hubungan yang saling menguntungkan dan berkelanjutan.
Selain itu, kerja sama ini juga akan mencakup studi dan pengembangan bersama dalam eksplorasi teknologi pengolahan dan pemurnian mineral untuk meningkatkan efisiensi dan keberlanjutan. Program peningkatan kapasitas sumber daya manusia melalui pengembangan keahlian dan pelatihan juga akan menjadi bagian penting dari kemitraan ini. Hal ini menunjukkan komitmen jangka panjang kedua negara untuk membangun kapasitas dan keahlian di sektor pertambangan.
Sosialisasi kerja sama ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk Wakil Menteri Luar Negeri RI Arie Havas Oegroseno, Menteri Perdagangan, Bisnis dan Hubungan Asia Northern Territory Australia Hon Robyn Cahill, serta para pemangku kepentingan pertambangan di Indonesia. Kehadiran mereka menunjukkan dukungan penuh terhadap kemitraan strategis ini dan komitmen untuk mewujudkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
Secara keseluruhan, kerja sama antara Indonesia dan Northern Territory Australia di sektor mineral kritis ini merupakan langkah strategis yang signifikan. Kemitraan ini tidak hanya bertujuan untuk mengamankan rantai pasok mineral, tetapi juga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan menerapkan praktik pertambangan yang berkelanjutan. Dengan adanya rencana konkret seperti roadshow, kunjungan balasan, dan pengembangan teknologi, kerja sama ini memiliki potensi besar untuk memberikan dampak positif bagi kedua negara di masa depan. Model kerja sama ini juga berpotensi untuk direplikasi dengan negara bagian lain di Australia dan bahkan negara-negara lain yang memiliki kekayaan mineral serupa. Keberhasilan kemitraan ini akan menjadi contoh nyata bagi kerja sama internasional dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan dan saling menguntungkan.